Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva mengatakan sebanyak 44 negara telah menyatakan minatnya untuk meminjam dari Resilience and Sustainability Trust senilai US$ 40 miliar atau sekitar Rp 596 triliun (kurs Rp 14.900) setelah lima negara pertama mengatur pinjaman.
Fasilitas ini dibuat tahun lalu untuk membantu menyalurkan kelebihan cadangan Hak Penarikan Khusus IMF dari negara-negara kaya ke negara-negara berpenghasilan menengah yang miskin dan rentan.
Hal itu bertujuan untuk menyediakan pembiayaan lunak jangka panjang untuk kebutuhan seperti adaptasi perubahan iklim dan transisi ke sumber energi yang lebih bersih.
Georgieva mengatakan pada acara Komite Bretton Woods pada awal minggu pertemuan musim semi IMF dan Bank Dunia bahwa antrean tersebut adalah tanda bahwa sumber daya fasilitas ketahanan perlu ditingkatkan ke tingkat yang jauh lebih tinggi.
Georgieva mengatakan sumber daya fasilitas saat ini sekitar US$ 40 miliar “berukuran sedang”.
Rwanda, Barbados, Kosta Rika, Bangladesh dan Jamaika telah mencapai kesepakatan untuk program pinjaman dari fasilitas tersebut, yang dilengkapi dengan persyaratan kebijakan ekonomi tertentu seperti memenuhi target fiskal.
Komentarnya muncul saat IMF dan negara-negara anggota Bank Dunia akan membahas cara minggu ini untuk secara dramatis meningkatkan pinjaman terkait iklim dan investasi sektor swasta untuk memenuhi kebutuhan yang diperkirakan triliunan dolar setahun untuk memenuhi target pengurangan emisi.
“Jadi US$ 40 miliar bukanlah solusinya sendiri, tetapi ini adalah kontribusi untuk solusi, jika membantu menghilangkan hambatan untuk investasi skala besar, terutama investasi swasta, di pasar negara berkembang dan ekonomi berkembang,” kata Georgieva, dikutipĀ Reuters, Selasa (11/4/2023).