Amerika Serikat (AS) mulai menghitung hari menuju “kebangkrutan” atau gagal bayar (default) perdana di era modern. Berdasarkan perhitungan Kementerian Keuangan AS, pemerintah akan kehabisan uang untuk membayar bunga dan pokok utang serta operasional paling cepat pada 1 Juni mendatang.
Pasar finansial pun mulai gonjang-ganjing. Bursa saham Eropa rontok, indeks DAX 30 Jerman anjlok 1,3%, FTSE 100 Inggris 1,5%, CAC 40 Prancis 1,6%, dan FTSE MIB Italia merosot hingga 2%.
Presiden AS Joe Biden dan Ketua DPR dari oposisi Partai Republik Kevin McCarthy sudah beberapa kali bertemu, tetapi belum ada titik terang. Sesuai bertemu pada Senin lalu, keduanya https://rtpdwslot88.org/ mengatakan pembicaraan yang dilakukan “produktif” dan optimis kesepakatan akan segera dicapai.
Tetapi pasar tidak percaya begitu saja, terbukti bursa saham Eropa hari ini langsung rontok begitu dibuka. Bursa Asia sudah lebih dulu menderita, indeks Nikkei Jepang turun 0,9%, Shanghai Composite China dan Hang Seng Hong Kong anjlok lebih dari 1%. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di dalam negeri pun merah.
Masalah pagu utang sebenarnya sudah terjadi berulang, tetapi kali ini lebih menjadi perhatian. Sebab, utang Amerika Serikat yang sudah sangat jumbo, batas US$ 31,4 triliun sudah disentuh, rasio utang terhadap produk domestik bruto (debt to GDP ratio) sudah nyaris mencapai 130%.
Artinya, utang Amerika Serikat sudah lebih besar dari apa yang bisa dihasilkan selama satu tahun.
Partai Republik meminta pemerintah untuk melakukan penghematan sebelum merestui pagu utang naik. Tetapi, Presiden AS Joe Biden menyebut permintaan penghematan dari Partai Republik terlalu ekstrim, kebuntuan pun terjadi.
Melalui akun Twitternya, McCharty menyatakan sembilan hari sebelum mencapai tenggat waktu, hanya para anggota dewan Partai Republik yang bekerja melakukan sesuatu untuk, menaikkan pagu dan menghindari default.
McCarthy seolah menyatakan pemerintah dan Partai Demokrat tidak melakukan apa-apa.
Masalahnya, beberapa anggota Partai Republik tidak percaya Amerika Serikat akan kehabisan uang pada 1 Juni mendatang, yang membuat perundingan bisa semakin diulur-ulur lagi.
“Kami ingin melihat transparansi kenapa mereka menyebut tanggal itu,” kata Steve Scalise, anggota DPR dari Partai Republik, sebagaimana dilansir CNBC International, Selasa (23/5/2023).
Untuk diketahui, sepanjang sejarah modern Amerika Serikat tidak pernah mengalami gagal bayar. Jika sampai terjadi, menteri keuangan AS, Janet Yellen, menyebut “malapetaka” ekonomi bisa terjadi.
Masalah pagu utang yang terus berulang membuat peringkat kredit Amerika Serikat berisiko diturunkan. Hal tersebut diungkapkan lembaga pemeringkat Fitch Ratings.
“Kami lebih khawatir kali ini,” kata James McCormack, kepala pemeringkat obligasi global Fitch’s, dalam sebuah wawancara dengan CNN International awal Maret lalu.
Melansir Trading Economics, AS saat ini mendapat peringkat AAA dari Fitch Ratings. Namun, seperti dilasir CNN International, bagusnya rating kredit Amerika Serikat tidak disertai dengan fundamental finansial yang kuat.
AS mendapat rating tersebut lebih karena keunggulan di sektor keuangan dunia, dolar AS merupakan mata uang cadangan devisa terbesar, dan Treasury dianggap sebagai risk-free asset oleh pelaku pasar. Dua hal tersebut memberikan Amerika Serikat kekuatan finansial yang tidak tertandingi.
Namun, dengan masalah pagu utang yang berulang, McCormack melihat pelaku pasar akan menilai kembali apakah Treasury benar-benar risk-free atau tidak.