Bitcoin mampu menembus harga US$ 30.000 atau setara nilai tertingginya yang terakhir terjadi pada Juni 2022. Kenaikan ini disinyalir dampak dari surutnya krisis perbankan pada bulan Maret, sehingga market tetap optimis dengan ekonomi Amerika Serikat.
Melansir data dari CoinMarketCap pada Selasa (11/04/2023) pukul 09:30 WIB, Bitcoin menunjukkan penguatan sebesar 7,06% ke posisi harga US$ 30.314,09 per koin atau setara dengan ~Rp452 juta per koin (asumsi kurs Rp 14.914,50/US$). Dalam sepekan terakhir, Bitcoin menunjukkan penguatan dari kinerja satu minggu sebesar 8,62%.
Ethereum hari ini juga menunjukkan penguatan sebesar 4,26% ke US$ 1.932,91 per koin atau setara dengan ~Rp 28,8 juta per koin. Penguatan mingguan terlihat pada mata uang kripto Ethereum juga dalam sepekan terakhir sebesar 6,71%.
BNB mengalami penguatan harian sebesar 3,4% menyentuh harga US$323.19 atau setara Rp4,8 juta/koin. Dalam janga waktu 7 hari, BNB berada di zona hijau dengan persentase 4,53%, sehingga kapitalisasi koin saat ini berada pada nilai US$51,03 miliar.
Dalam jangka waktu satu minggu, mata uang kripto yang mengalami penurunan signifikan yaitu DOGE (-12,83%). Sedangkan, peningkatan signifikan dalam seminggu terakhir dialami oleh Bitcoin (+8,62%), ETH (+66,80%), dan BNB (+4,53%).
Kenaikan harga Bitcoin diprediksi, akibat dari potensi perpindahan dana dari obligasi ke pasar kripto. Sepanjang tahun 2023 sampai hari ini, kripto mampu memberikan kinerja terbaik dibanding aset keuangan lainnya.
Richard Mico, CEO dan Chief Legal Officer Banxa menyatakan “Pasar jelas menghargai perlambatan pertumbuhan suku bunga dan kebijakan moneter 2023 The Fed akan lebih longgar.”
Investor perlu memperhatikan pasar obligasi. Pasar obligasi menunjukkan imbal hasil treasury Amerika Serikat mengalami penurunan hingga ke bawah 4% dari puncaknya, di atas 5%.
Salah satu karakteristik dari Bitcoin yaitu sensitivitas yang tinggi, terutama untuk perubahan kebijakan moneter yang telah terjadi. Secara Year-To-Date (YTD) telah mengalami peningkatan 80%.
Rally kripto sebelumnya terjadi pada periode 2020-2021 saat inflasi sedang tinggi-tingginya. Pergerakan harga kripto memiliki kemiripan dengan emas yang mengalami pelonjakan saat inflasi terjadi.