Pemerintah Presiden Vladimir Putin buka suara terhadap ancaman perang di Asia. Kremlin mengatakan mendukung apa yang dilakukan China di Selat Taiwan.
“Kami telah menyaksikan berbagai tindakan yang bersifat provokatif terhadap Republik Rakyat China,” kata juru bicara Putin, Dmitry Peskov, dikutip dari AFP, Selasa (11/4/2023).
“China memiliki hak berdaulat untuk menanggapi tindakan provokatif ini, termasuk dengan manuver militer, sesuai dengan hukum internasional,” tegasnya.
Komentar ini muncul terkait makin tegangnya situasi China dan Taiwan. Beijing, yang selama ini menganggap Taipe bagian dari provinsinya, murka karena kunjungan Presiden Tsai Ing Wen ke Los Angeles, California, Amerika Serikat (AS).
Rabu pekan lalu, Tsai bertemu dengan Ketua DPR Kevin McCarthy, pascakunjungan ke Guatemala dan Belize. Setelahnya rombongan senat AS juga datang ke pulau itu.
China mengatakan hal tersebut pelanggaran serius. Pemerintah Xi Jinping berjanji akan mengambil tindakan tegas atas perilaku tersebut.
Sejak Sabtu, China pun menerjunkan militernya untuk latihan “blokade” dan tembak langsung. Kapal induk, kapal perang, jet tempur dan bomber H-6 juga diterjunkan.
Kementerian Taiwan mengatakan mendeteksi 12 kapal perang China dan 91 pesawat di sekitar pulau itu pada Senin. Di mana 54 pesawat melintasi zona identifikasi pertahanan udara (ADIZ) barat daya dan tenggara Taiwan.
China mengaku mengakhiri latihan kemarin. Namun dalam update terbaru Taiwan, militer melaporkan telah mendeteksi sembilan kapal perang China dan 26 pesawat di sekitar pulau.
“China mengorganisir pesawat militer pagi ini dan melintasi garis median dari utara, tengah, dan selatan,” kata kementerian pertahanan, Selasa pagi.
Sebelumnya konflik di Selat Taiwan diyakini bisa menjadi Ukraina jilid II. Menteri Pertahanan (Menhan) Taiwan Chiu Kuo Cheng memprediksi invasi Beijing ke wilayah itu akan terjadi pada 2025 mendatang.