Fakta! Partai Pemenang Pemilu Bisa Gagal Menangi Pilpres

Fakta! Partai Pemenang Pemilu Bisa Gagal Menangi Pilpres

Peta Kampanye Pilres 2024

Sejak pemilihan presiden (pilpres) digelar secara langsung pada 2004, terdapat tren penguasa suara dalam Pemilihan Umum Legislatif (Pileg) datang dari partai politik (parpol) yang mengusung calon presiden terkuat. Masifnya tingkat kampanye dari sosok capres disinyalir turut menjadi faktor meningkatnya elektabilitas partai pendukung dibaliknya.

Besarnya suara parpol https://huatkas138.site/ pendukung capres, terlihat dari data perubahan partai penguasa provinsi tertentu. Partai yang menguasai suara di suatu provinsi menunjukkan adanya perpindahan dukungan seiring pergantian partai pengusung capres.

Pemilu 2004

Pilpres 2004 yang menjadi tahun pertama kali Indonesia melaksanakan pemilihan presiden dimenangkan oleh Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang berasal dari partai Demokrat. Namun, periode pemilu tersebut belum mampu mendorong Demokrat menjadi 5 parpol terbesar penguasa suara di beberapa provinsi.

Partai yang mampu memenangkan suara terbanyak dalam Pileg 2004 merupakan Golongan Karya (Golkar) yang menguasai kantong suara pada 26 provinsi. Sebagai partai pemenang pemilu, Golkar hanya bisa mengan­tarkan kadernya, Jusuf Kalla (JK) sebagai wakil presiden.

Partai Golkar sebenarnya mencalonkan Wiranto-Slahuddin Wahid tetapi hanya mampu memenangi suara 22,5% suara dan gagal maju ke putaran berikutnya.

Wiranto maju sebagai capres Partai Gokar setelah memenangi konvensi partai dengan mengalahkan saingan seperti Akbar Tanjung. Golkar yang saat itu pecah juga mengajukan Jusuf Kalla sebagai kader cawapres.

Partai dengan penguasaan provinsi terbanyak kedua merupakan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) yang mengusung Megawati Soekarnoputri sebagai capres. Namun, Megawati yang didukung Hasyim Muzadi kala itu harus menelan kekalahan pada pemilihan putaran kedua dengan perolehan suara 39,38%.

Pemilu 2009

SBY yang sedang menjabat untuk periode 2003-2009 kembali maju dalam kontestasi Pilpres 2009. Kali ini, SBY bersama Boediono kembali dapat memenangkan suara dalam Pilpres 2009 dengan capaian suara 60,80% dalam 1 putaran.

Posisi SBY sebagai orang nomor 1 Indonesia kala itu mendorong Demokrat mampu mengalami lonjakan dukungan suara, sehingga berada di posisi ke-2 setelah Golkar untuk partai dengan penguasaan provinsi terbanyak, sejumlah 16.

Kuatnya nama SBY dan persaingan dari Demokrat kala itu menyebabkan penguasaan suara provinsi Golkar mengalami penurunan signifikan. Padahal, Golkar kala itu mengusung capres sendiri, yaitu Jusuf Kalla. Namun, Jusuf Kalla dan Wiranto berada di posisi ke-3 memperoleh 12,41% suara dalam Pilpres 2009.

Penurunan suara Golkar juga disebabkan oleh PDI-P yang kembali mengusung capres yaitu Megawati bersama Prabowo Subianto. PDI-P mampu meningkatkan penguasaan suara pada 5 provinsi dibanding Pileg 2004. Sebagai catatan, Megawati-Prabowo memperoleh 26,79% suara pada Pilpres 2009 lalu.

Pemilu 2014

Pemilu 2014 menjadi periode ke-3 beruntun PDI-P mengalami peningkatan suara dukungan dan Golkar menunjukkan tren penurunan. PDI-P konsisten menjadi partai yang mengusung capres meski telah kalah dalam dua periode sebelumnya.

Pada Pilpres 2014, PDI-P mengusung Joko Widodo (Jokowi) sebagai capres dan didukung oleh Jusuf Kalla dari Golkar. Kedua partai ini menjadi penguasa suara di 28 provinsi dengan Golkar 13 dan PDI-P 15 provinsi. Jokowi-JK memenangkan Pilpres 2014 dengan perolehan suara 53,15%.

Sedangkan, Prabowo Subianto dari Gerindra dengan cawapres Hatta Rajasa hanya mampu memperoleh suara 46,58%. Sebagai catatan, Gerindra merupakan partai yang masih termasuk baru, karena baru saja dibentuk pada 6 Februari 2008. Gerindra pada tahun tersebut mampu menguasai 1 provinsi yaitu Aceh.

Pemilu 2019

Tren kenaikan penguasaan suara provinsi terbanyak kembali dialami PDI-P dan Golkar kembali mengalami penurunan selama 4 periode beruntun. PDI-P kembali menjadi partai terkuat dengan menguasai 18 provinsi dan Golkar 8 provinsi. Selain itu, partai yang berhasil mengalami penambahan penguasaan suara dari 1 provinsi menjadi 4 yaitu Gerindra dan NasDem.

Pilpres 2019 merupakan pertandingan antara Jokowi-Ma’ruf Amin melawan Prabowo-Sandiaga Uno. Jokowi yang menjabat sebagai presiden kembali memenangkan Pilpres dengan perolehan suara 55,50%, sehingga kemenangan ini disinyalir kembali membawa PDI-P mampu menjadi partai dengan penguasaan provinsi terbanyak.

Tiga bacapres dan bakal calon wakil presiden (bacawapres) akan bertarung dalam pemilihan presiden (pilpres) 2024 yakni Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (Cak Imin), Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD.

Yang menarik, dari tiga pasangan bakal calon presiden (bacapres) 2024, hanya Ganjar Pranowo yang datang dari partai yang pernah memenangi pemilihan umum yakni PDI-Perjuangan. Namun, pengalaman 2009 juga menjadi pengingat jika partai yang sebelumnya tidak mendominasi bahkan terbilang baru yakni Demokrat bisa memenangi pileg dan pilpres sekaligus.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*